Rabu, 23 November 2016

CITRA DA’I



CITRA DA’I
Diajukan guna tugas memperoleh Nilai Mata Kuliah Psikologi Dakwah



 









Dosen Pengumpuh:
Nasichah, MA.

DisusunOleh:
Andini Nursyarifah              11150530000049
Muhda Muhtadie                  11150530000037
Leni Leanita                          11150530000056
Rizky Afriansani                   11150530000059

Program Studi Manajemen Dakwah
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

            Alhamdulillahi Rabbil’Alamiin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Karunia ilmu-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah yang berjudul Citra Da’iini tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas tentang Tugas seorang da’i, sistem komunikasi intrapersonal, dan fakor-faktor yang mempengaruhi persepsi Da’i. Yang kami ambil dari berbagai sumber yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Dakwah.

Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Nasichah, MA. selaku Dosen Mata kuliah Psikologi Dakwah atas bimbingan yang telah diberikan dan kepada semua rekan yang membantu dalam penyelesaian makalah ini, karena atas bantuan dan doa mereka semua kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan guna perbaikan tugas selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi  para pembaca.





Ciputat, 4 Oktober 2016
Hormat Kami,


Penyusun


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

a.       Latar Belakang

b.      Rumusan Masalah

c.       Tujuan

Bab II Pembahasan

a.       Tugas Da’i

b.      Sistem Komunikasi Intrapersonal

c.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi pada Da’i

Bab III Penutup

Daftar Pustaka



BAB I
 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seorang da’i ketika menyongsong kehidupan masa depan dihadapkan oleh satu kenyataan bahwa sesungguhnya, ditangannya tergenggam berbagai tugas berat. Artinya, ia adalah pengemban risalah Islam. Beban ini merupakan amanah yang amat mulia dan inti dari seluruh tujuan dan cita-cita hidupnya.
Komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang.  R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja tugas –tugas seorang Da’i?
2.      Apa saja yang termasuk sistme komunikasi intrapersonal dakwah?
3.      Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada Da’i!

C.    Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Dakwah.
2.      Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Citra dan tugas-tugas seorang Da’i.
3.      Untuk mengetahui sistem komunikasi intrapersonal dakwah.
4.      Untuk memberi pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada Da’i.


BAB II
PEMBAHASAN
CITRA DA’I

Seorang da’i ketika menyongsong kehidupan masa depan dihadapkan oleh satu kenyataan bahwa sesungguhnya, ditangannya tergenggam berbagai tugas berat. Artinya, ia adalah pengemban risalah Islam. Beban ini merupakan amanah yang amat mulia dan inti dari seluruh tujuan dan cita-cita hidupnya.
                                                    
A.      Tugas Da’i
Ada tiga tugas penting yang harus dilaksanakan seorang penjuru Da’i dalam kancah ma’rakah dakwah (bisa dalam bentuk amal tabligh, siyasiyah/politik, hingga ghazwah/perang).
1.      Seorang kader penggerak dakwah  harus punya tugas moral untuk menjadi penggerak semua rekan- rekan seperjuangannya untuk mau berpartisipasi dalam pemengan dakwah. Ini dilakukan dengan membangkitkan orientasi perjuangan (ijtihad jiyadiyah) sebagai bukti kecintaan kepada Allah dan RasulNya. [1]
“Hai Nabi, kobarkanlah semnagat mukmin itu untuk berperang. Jikada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscahya meraka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, mereka dapat mengalahkan seribu dari orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir adalah kaum yang tidak mengerti”[2]
2.      Seorang penegak dakwah yang sejati senantiasa mengawal perjuagan rekan- rekan perjuangannya agar mamu menjaga syakhsiyah rabbaniyah sebagaimana telah ditempa sebelumnya dalam proses panjang tarbiyah dan ma’rakah siyasiyah sebagai contoh adalah medan ujian bagi soliditas kepribadian (matanah syakhsiyah) para kader penggerak dakwah, sebagai medan aktualisasi nilai dan fikrah yang diyakini kebenaranya serta sebagai medan tarbiyah madaniyah (pendidikan lapangan) yang sangat berharga.
3.      Seorang dakwah yang istiqomah akan selalu melakukan konsolidasi kepribadian dan barisan dengan rekan-rekan seperjuangannya, baik ketika bersiap maupun ketika kembali dari medan ma’rakah (lapangan). Tidak bisa dinafikan  bahwa akan muncul masalah-masalah oprasional yang menimpa sebagian jajaran kader dakwah sebagai konsekuensi gesekan dan benturan di lapangan dakwah. Terutama ketika medan yang merkea masuki adalah medan ma’rakah siyasiyah yang penuh firnah. Karena itu konsolidasi dan merapatkan barisan  adalah solusi yang senantiasa dilakukan; dan sarananya adalah ke medan tarbiyah.[3]

B.       Sistem Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi adalah suatu faktor yang penting bagi perkembangan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi, individu tidak mungkin berkembang dengan normal dalam lingkungan sosialnya.[4]
Komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang.  R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.
Geoffrey Gordon (melalui Suranto Aw 2011:55) mendefinisikan system sebagai suatu agregasi atau kumpulan objek-objek yang terangkai dalam sebuah pola interaksi dan saling ketergantungan yang teratur. Togar M. Simatupang (melalui Suranto Aw 2011:55) menyebutkan lima unsur utama yang terdapat dalam sistem, yaitu:
1.      Elemen-elemen atau bagian-bagian
2.      Adanya interaksi atau hubungan antarelemen-elemen atau bagian-bagian
3.      Adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen atau bagian-bagiantersebut menjadi suatu kesatuan
4.      Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir
5.      Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Di dalam sistem itu, terdapat komponen-komponen yang saling berpengaruh yang sangat menentukan efektivitas kerja sebuah sistem. Ada tiga komponen sistem, yaitu input, proses (pengolah), dan output. Input merupakan komponen penggerak, proses merupakan sistem operasi, dan output menggambarkan hasil-hail kerja sistem.[5]

C.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi pada Da’i
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian sebagian orang-orang yang mengajak kepada kebaikan dan menyuruh kepada perbuatan yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; Dan mereka dalah orang-orang yang beruntung”.[6]
Firman Allah di atas merupakan landasan daripada proses kegiatan dakwan dan penerangan agama yang harus dilaksanakan dalam masyarakat. Dalam proses itu terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegiatan dakwah dan penerangan tersebut agar dapat berlangsung dengan baik. Faktor-faktor tersbut adalah menyangkut hal hal sebagai berikut:
1.      Pelaksana dakwah atau penerang agama yang disebut juru dakwah atau penerang agama, di dalam masyarakat terkenal dengan sebutan para mubaligh (Da’i). Faktor ini merupakan kuncinya dakwah/penerang agama oleh karena itu ia bagaikan orang yang memegang alat dakwah. Dan dalam faktor ini terdapat ciri-ciri serta persyaratan-persyaratan prikologis yang sangat kompleks bagi pelaksana yang sekaligus menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah/penerangan agama tersebut.[7] Ciri dan persyaratan berikut sebagai berikut :
a)        Memiliki keteladanan yang baik
Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah ada keteladanan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharapkan Allahdan Hari Kiamat dan ia banyak ingat Allah.” (Q.S. Al-Ahzab : 21)
Keteladanan penting dimiliki olehseseorang karena itu yang tampak pada figur “hidup” yang ada di hadapan oranglain. Orang lebih mudah menerima jika mereka melihat seperti apa yang baik,bukan dengan kata-kata beginilah seharusnya manusia bersikap.
b)        Lembut
Kelembutan seorang manusia dapat mendekatkan orang lain kepadanya. “Maka disebabkan rahmat dari Alloh, kamu bisa lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, mereka tentu menjauhkan diri dari sekelilingmu” (Ali Imran: 159).
Secara logika, jika seseorang dijauhi oleh yang lain, bagaimana mungkin ia bisa menjadi sosok manusia ideal dan sikapnya pantas diteladani? Kelembutan yang dimiliki tidak hanya ditujukan pada sesama manusia saja, tetapi kepada semua hal dan semua makhluk ciptaan Allah, kepada hewan, tumbuhan, dan dalam setiap perilaku.Seperti yang termuat dalam dalil diatas, kelembutan dapat dimiliki karena rahmat Allah, maka satu-satunya jalan adalah dengan selalu memohon dan mendekatkan diri kepada Allah.
c)        Hobi Mengokohkan Hati
Jika seseorang sudah menjadi baik, ia tidak akan menyimpan kebaikan itu untuk dirinya sendiri, ia akan berusaha menyebarkan kebaikan ke seluruh umat. Maka dari itu, ciri ketiga dari sosok manusia ideal adalah hobi mengokohkan hati saudaranya. Cara-cara yang dapat ditempuh antara lain dengan:
1)      Mendekatkan diri dengan Al Qur’an,ini merupakan obat dari berbagai jenis penyakit
2)      Menerima nasihat
3)      Taubat dan istighfar
Rasulullah, seorang yang dijamin Allah masuk surga pun selalu memperbaharui taubatnya setiap malam, apalagi dengan kita yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Rasulullah menganggap lupa dan malas dzikir kepada Allah sebagai benda asing di tubuh dan harus dibersihkan agar hati bersih dan suci dari apa saja yang mengeruhkan kebeningan ibadahnya.
4)      Tadabbur dan Khusyuk
5)      Malu
Malu termasuk dalam iman.” (H.R.Ahmad), bahkan dalam hadits yang lain dikatakan “Bila kamu tidak malu berbuatlah sesukamu” (H.R. Ahmad).
Ini merupakan bentuk sindiran keras bagi orang yang tidak punya malu. Seorang manusia idealnya menjaga sikapnya, dan orang akan ingat untuk menjaga sikapnya jika memiliki rasa malu dalam dirinya.
6)      Membayar zakatnya hati, dengan amalan-amalan wajib dan sunnah yang diperintahkan oleh Allah.
7)      Berani, yang berupa gelora hati,kemarahan, kebangkitan, dan ketegarannya.
d)      Merasakan Kesertaan Allah
Merasakan kesertaan Alloh adalah ciri asasi seorang da’i yang dapat menghasilkan sifat-sifat penting yang diperlukan da’i kepada kebenaran (di antaranya adalah tangguh, tegar, yakin, berani,sabar, dan percaya diri).
Cukuplah Allah sebagai Penolong kami dan Allah sebaik-baik Pelindung” (Q.S. Ali Imran: 173)
Sebaik apapun manusia, dia tidak akan adaapa-apanya jika ingkar kepada Allah.   Itulah sedikit dari ciri manusia(murabbi) ideal dari salah satu sudut pandang seseorang.. Saya yakin semua orang memiliki standar sosok manusia ideal bagi dirinya. Yang terpenting adalah semuanya berdasar pada sifat Rasulullah Muhammad saw.[8]
2.        Objek atau sasaran dakwah yang berupa manusia yang harus dibimbing dan dibina menjadi manusia beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Obyek tersebut dilihat dari aspek psikologis yang memiliki variebilitas yang luas dan rumit, menyangkut pembawaan dan pengaruh lingkungan yang berbeda yang menuntut pendekatan yang berbeda-beda.
3.        Lingkungan dakwah adalah suatu faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan sasaran dakwah baik berupa individu maupu kelompok manusia serta kebudayaan.
4.        Alat-alat dakwah yang disebut juga media dakwah adalah faktor yang dapat menentukan kelancaran proses dakwah.
5.        Tujuan dakwah adalah suatu faktor yang menjadi pedoman arah proses yang dikendalikan secara sistematis dan konsisten.[9]




BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Seorang da’i ketika menyongsong kehidupan masa depan dihadapkan oleh satu kenyataan bahwa sesungguhnya, ditangannya tergenggam berbagai tugas berat. Artinya, ia adalah pengemban risalah Islam. Beban ini merupakan amanah yang amat mulia dan inti dari seluruh tujuan dan cita-cita hidupnya.




DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Prof. H. M. Ed. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Faizah, S,Ag, MA, dan Muchsin Effendi, Lalu, H. Lc., M.A. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana, 2009.


[1] Joko, Peran dan Tugas Da’i, halaman 25.
[2] QS. Al-Anfal ayat 65.
[3] Ibid, halaman 26.
[4] Faizah, S.Ag, M.a. dan H. Lalu Muchsin Effendi, Lc, M.A, Psikologi Dakwah, halaman 140.
[6] QS. Ali Imran ayat 104.
[7] Prof. H. M. Arifin. M.Ed, Psikologi Dakwah, halaman 67.
[9] Ibid.

1 komentar: